Pepatah
Arab mengatakan “qoyyidul ilma bil kitab; ikatlah ilmu dengan tulisan”.
Adagium Latin mengajarkan “verba volant, scripta manent; perkataan
terbang, tulisan menetap”. Guru, sebagai orang yang digugu dan ditiru adalah
role model bagi siswanya. Sebelum mengajak siswa terbiasa menulis, guru sudah
harus terbiasa menulis terlebih dahulu. Menulis seharusnya tidak hanya diajarkan
oleh guru bahasa saja, namun guru matematika
yang notabene lebih banyak mengajarkan angka, bisa menjadi terasa istimewa bagi siswa
jika pandai juga mengolah kata.
Disela waktu bekerja sambil mengurus keluarga dengan
5 anak, aku terus berusaha menyempatkan waktu untuk menulis. Meski hanya setahun
sekali seperti ini. Jejak kepenulisan
kuceritakan kembali, hanya sebagai sebuah motivasi diri, syukur-syukur bisa
jadi inspirasi bagi siapapun nanti.
Selain menulis cerita ringan di blog pribadi, karya tulis ilmiah yang
kubuat pertama kali berbuah manis di tahun 2015. Saat tulisan yang kukirim didaulat
sebagai pemenang bersaing dengan 3366 pengirim lain dalam acara Simposium Guru
dan Tenaga Kependidikan, yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Hal ini membuatku bisa berdiri bersama guru berprestasi lainnya untuk merayakan
Hari Guru Nasional di Jakarta bersama Presiden RI. Penghargaan yang didapat
inilah yang jadi triggerku hingga termotivasi untuk terus menulis dan berkarya.
Selama menjadi guru, beberapa tulisan sudah
dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal maupun seminar-seminar. Dari seleksi menulis
juga aku beruntung meraih juara 2 guru Favorit pada even yang
diselenggarakan oleh harian daerah Radar Banjar bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi
Kalimantan Selatan di Tahun
2016
Sebuah tekad sederhana yaitu “tulis apa yang kamu
lakukan, dan lakukan apa yang kamu tuliskan” menjadi dorongan untukku dalam berbuat. Salah satu kegiatan saat
pandemi lalu yang pernah kulakukan bersama teman-teman bertajuk “Gerakan Peduli APD Melawan
Covid 19”. Kegiatan yang bertujuan membantu para tenaga kesehatan yang kekurangan
alat pelindung diri (APD) ini banyak mendapatkan sambutan dari masyarakat. Agar
jadi peristiwa sejarah yang terabadikan maka kemudian kutuliskan. Dan ternyata
tulisan ini menghantarkan sebuah penghargaan dengan label “Guru Berdedikasi” tahun
2020 yang diberikan oleh PGRI Kalimantan Selatan.
Pengamalan hadis “sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak
manfaatnya” membuatku juga rela disibukkan dengan aktifitas
sebagai pengurus di beberapa organisasi profesi, baik tingkat Kota Banjarmasin,
Provinsi Kalimantan selatan sampai Nasional.
Tercatat sebagai Korwil pada Pengurus Pusat Perkumpulan Matematika Nusantara
(MN), Ketua MGMP Matematika MA Provinsi Kalimantan Selatan, dan Wakil Ketua APKS Matematika PGRI Prov. Kalsel. Selain
itu, aktifitas sebagai Waka Bidang Akademik di madrasah yang sudah menginjak
tahun ke-5. Hal di atas tentu membawa konsekuensi mengharuskan keterlibatan
baik langsung maupun tidak pada beberapa kegiatan pengembangan profesi guru.
Sering meng’awaki baik sebagai panitia ataupun narasumber, diminta berbagi baik di
forum MGMP maupun di madrasah lain. Jejak sepak terjang di dunia keprofesiaan ini juga
pernah berbuah indah saat di 2016 mendapat predikat terbaik 3 guru MA
berprestasi tingkat Prov. Kalsel.
Di tahun ini, keinginan untuk terus
berkontribusi pada kemajuan pendidikan khususnya madrasah, yang jadi pendorongku
ikut seleksi dan berhasil mendapatkan sertifikat sebagai Fasilitator Provinsi
untuk program PKB dan juga lolos seleksi sebagai Instruktur Nasional AKMI tahun
2022.
Dari kegigihan dan perjalanan hidup yang
kuceritakan di atas, tidak ada maksud sombong sedikitpun. Karena di luar sana
pasti banyak yang lebih luar biasa. Namun aku menuliskan hanya supaya bisa
diambil pelajaran bahwa semua usaha akan indah pada waktunya. Mari selalu
semangat untuk selalu berniat dan bertekad berbuat yang terbaik dan bermanfaat,
karena hanya kebaikan yang akan mendatangkan kebaikan. Nikmati setiap prosesnya
dan pasrahkan hasilnya hanya pada Allah SWT.
Ditulis saat
gerimis, 01 Desember 2022
