Selasa, 25 November 2014

Selamat Hari Guru 2014

Hari ini semua media sosial baik twitter, bbm, fb, instagram, dan semacamnya semua latah mengucapkan kata-kata indah bernada pujian ataupun sekedar ucapan selamat kepada satu profesi yang dulu, entah kini, begitu dihormati bernama GURU. Walau terlihat agak dadakan dan koordinasi yang kurang matang, anak-anak kami di MAN 2 Model Banjarmasin mengungkapkan dan merayakan hari guru ini dengan berbagai ragam ekspresi. Ada yang hanya sekedar baca puisi puja puji, ada yang menyanyikan lagu himne, ada yang menyiapkan kue dalam piring saji, ada yang memberi kado atau entah apalagi.

Lembaran foto-foto ini akan mengabadikan hari bersejarah ini, bersama sebagian anak kelas XII Bahasa  dengan berbagai karakter siswanya.
 Momen ini akan tetap terkenang indah dimemori, senang pernah bersama kalian..guys.
dan yang ini....


Teringatku pada sebait puisi yang kutulis 3 tahun yang lalu di hari guru.


Anakku..
Bila saatnya tiba kau meninggalkan kami..
Kembalilah nanti sekali-kali kesini, tengoklah gurumu ini..Kami akan masih disini, tetap seperti ini..
Berkutat pada buku-buku, papan tulis berdebu, membagi ilmu pada adik-adik barumu..
Mungkin saat itu kau sudah jadi mahasiswa, atau orang kaya pengusaha, atau bahkan bangsawan penguasa..
Tengoklah kami sekali-kali..
Boleh tanya seberapa gaji kami..Bandingkan dulu dan saat ini..
Masih banyak dibagi tapi tak banyak dikali..
Mungkin kau dengar berita-berita saat ini..
Kami di iming-imingi yang namanya sertifikasi..
Tapi..kami diberi dengan setengah hati..
Betapa susahnya menuntut hak sertifikasi..
Kami diminta ngajar sana-sini..
Kami banyak yang dicurigai..dituduh manipulasi..
Syarat macam-macam sudah ditunaikan tapi hak kami belum juga dibayarkan.
Anakku..
Kami dengarkan dengan bangga kalian jadi apa dan siapa..
Kami tetap disini, masih seperti ini, tengoklah sekali-kali..
(Sebuah goresan di Hari Guru, 25 November 2011)



Sesuai bahasa aslinya 'guru' (digugu dan ditiru),  begitu tinggi pengharapan masyarakat kepada profesi ini. Ketika seorang siswa berbuat salah, maka yang ditanya, di sekolah dia diajarkan apa oleh gurunya. Namun, ketika seorang siswa berprestasi, maka jarang ditanya siapa gurunya?? Kita sering disalahkan, dianggap membosankan, metode yang monoton, kerja terlihat santai. Banyak orang tua siswa yang siswanya tidak mampu satu mata pelajaran lalu menyalahkan seorang guru yang tidak pandai mengajarkannya. Kami harus menyiapkan segudang sabar dalam menghadapi berpuluh karakter berbeda dari siswa yang bercampur dalam satu ruang dan waktu. Namun, terlepas dari sosok yang mereka anggap harus sempurna, kami tetaplah manusia biasa. Kadang jengkel, kadang marah, kadang mengumpat, kadang merengut, kadang merajuk. Namun, jauh dilubuk hati kami, kami tetap tulus mengabdi, mencerdaskan anak negri.

"Orang hebat bisa bangga dengan banyak mencetak karya dan prestasi, kami lebih bangga karena kamilah yang banyak mencetak orang-orang hebat itu" 


(Banjarmasin, 25 November 2014)

Sabtu, 15 November 2014

Catatan Pinggiran seorang Guru (memori setahun lalu)



Catatan Pinggiran seorang Guru
Dulu  aku tak mengerti  kalau aplikasi masuk kuliah yang ku isi merupakan fakultas untuk menjadi seorang guru. Namun, kebodohanku itu adalah jalan takdirku. Tak terasa sudah lebih 12 tahun aku mengabdikan ilmu yang kuperoleh. Aku mulai mencintai pekerjaanku. Tahun berganti, orang yang belajar bersamaku juga selalu berganti. Tapi satu hal yang selalu sama, semangat muda yang selalu datang menemaniku melewati hari. Bergaul dengan mereka membuatku selalu punya energi.  Tetapi, sering juga muncul kekesalan  dalam hati karena berapa kali ku ulang mereka tetap tidak mengerti, sebab ilmu yang kuberi adalah ilmu pasti, matematika, ya matematika. Aku percaya bahwa setiap orang membawa kecerdasan berbeda. Jadi, sebesar apapun kesalku, keluguan dan senyum mereka selalu dapat mengalahkanku.  Kuterima mereka apa adanya. Kuberi mereka semaksimal yang aku bisa. Kuharapkan mereka dapat berhasil menggapai cita-cita. Tak perlu mereka pandai matematika, tapi cukuplah mereka bisa memperhitungkan baik buruk setiap apa yang diperbuatnya. Tak perlulah mereka hapal rumus yang kuberi, tapi cukuplah mereka tahu rumus halal haram hidup ini.  
Tahun demi tahun telah kulalui.  Aku bersyukur bisa berbagi dan memperoleh rezeki melalui bantuan angka, kata dan tinta. Banyak yang pernah bersamaku entah suka atau tidak, melewati  jam demi jam pelajaran. Banyak yang rela duduk menunggu sampai akhir  meski dengan sikap bosan. Banyak juga yang diluar sana sudah bertebaran. Tak semua kutahu nasib mereka  entah jadi apa kini. Satu yang pasti, apabila aku mendengar mereka sudah sukses dan bahagia  maka aku akan turut merasa senangnya. Aku tak peduli apakah mereka masih ingat pernah bersamaku melewati kala itu, bersamaku berusaha menaklukkan angka dan rumus yang kuberi. Aku tak peduli.. (Bjm,November 2013)