Tahun 2020 adalah tahun
perjuangan. Tahun tangguh dimana semua orang tanpa kecuali harus berjuang
melawan musuh yang tidak kelihatan. Semua tiarap, sembunyi, serba hati-hati dan
selalu pakai alat pelindung diri. Tahun ini berdiam diri di rumah dianggap
sebagai pahlawan, dan yang keluyuran di jalan di anggap tidak empati pada tim
medis yang berjuang di garda terdepan.
Dalam dunia pendidikan, di tahun ini
terjadi UN sudah dipersiapkan matang namun
tidak jadi dilaksanakan. Perpisahan sudah ditentukan gedung dan tanggalnya
namun harus dibatalkan. Siswa kelas akhir dilepas tanpa jabat tangan dan
prosesi pengalungan. Mereka berpisah tanpa perpisahan. Pembelajaran yang
biasanya dalam ruang-ruang kelas nyata, berubah menjadi dalam kelas-kelas maya.
Guru dan siswa biasa saling bertatap muka, berubah menjadi bertatap lewat layar
kaca. Semua dituntut beradaptasi dengan
perubahan, beradaptasi dengan jarak.
Banyak curhatan anak-anak yang
mereka rasakan tahun ini. Keluh kesah tentang tugas yang menumpuk sampai curhatan
mereka yang tak kuat merindu. Hal ini wajar, karena mereka anak usia puber yang
baru saja pedekate dengan gebetan namun harus terpaksa sulit bertemu.
Begitu banyak perubahan dirasakan
di tahun ini. Begitu banyak peristiwa yang terjadi. Bahkan tahun ini juga di
madrasahku terjadi perubahan pucuk pimpinan. Kembali aku harus bisa
beradaptasi. Namun bagiku siapapun itu sama saja. Setiap masa ada pemimpinnya
dan setiap pemimpin ada masanya. Sebuah pengabdian diukur bukan karena perintah
atasan, namun karena tanggungjawab pada Tuhan.
Selain dipandang sebagai musibah,
covid bisa juga jadi berkah. Operator seluler meraup untung, webinar bisa
diikuti dari rumah, bahkan hanya dengan duduk manis pakai daster ataupun sarung.
Di sisi lain, kesibukan luar biasa yang tiap hari kulakukan di madrasah jadi
jauh berkurang. Namun, aku tak mau waktu begitu saja berlalu tanpa sebuah progress
pencapaian. Aku berusaha untuk bisa tetap produktif. Diawali dengan kegelisahan
atas berita kelangkaan APD membuatku memprakarsai Gerakan Peduli APD yang ternyata
disambut baik. Setiap hari berjibaku mengkoordinasi pengumpulan donasi, produksi
sampai penyaluran pada layanan kesehatan yang membutuhkan. Gerakan yang cukup
menguras energi dan emosi namun membawa kepuasan bagi siswa, orang tua, guru,
alumni dan masyarakat yang turut berpartisipasi. Namun, PSBB Kota Banjarmasin dan masuknya bulan Ramadhan memaksa kami menghentikan
Gerakan Peduli APD ini.
Selanjutnya, sambil menunggu pandemi
berlalu. Disela mengikuti webinar-webinar yang marak diadakan, juga disela mengawal
proses pembelajaran jarak jauh di madrasah, aku manfaatkan waktu untuk melengkapi
pemberkasan kenaikan pangkat. Dan Alhamdulillah, hasil tak pernah berkhianat
pada ikhtiar. Setelah semua proses pemberkasan yang kebetulan serba online
kujalani. Akhirnya, berita baik tiba sehari sebelum hari lahirku. Selembar kertas berisi PAK IVb adalah kado
terindah buatku tahun ini. Namun, tak hanya sampai disitu, ternyata masih ada
tambahan bonus buat ultahku kali ini. Selembar sertifikat dari pengurus PGRI sebagai
penganugerahan guru berdedikasi Tingkat Provinsi. Terima kasih atas semua yang
terlibat baik langsung ataupun tidak dalam pencapaianku kali ini.
Segala apa yang kulakukan dan
kudapatkan dalam setahunan bukan maksud jumawa jika aku menuliskan. Karena kita
manusia tempatnya segala alpa dan lupa, namun dengan tulisan akan mudah kembali
mengingatkan. Dan sering, sebuah tulisan bisa jadi motivasi bagi pembacanya. Aku
harap tulisanku ini juga bisa menjadi motivasi bagi generasi berikutnya untuk
bisa berbuat lebih baik. Dan cukuplah tulisanku ini menjadi sebuah prasasti
bukti terima kasih atas usiaku sampai hari ini.
Aku berharap tahun yang akan datang
bisa berbuat lebih baik lagi. Berusaha terus jadi baik. Meski kadang-kadang
kebaikan tidak selamanya dipandang baik. Namun, jika apa yang kita lakukan tak
sesuai ekspektasi, kita tak boleh berkecil hati. Karena tujuan akhir perbuatan baik
bukan pada hasil yang didapatkan, tapi pada proses yang dijalankan. Jika pun
menerima hasil sesuai harapan, anggaplah itu bonus dari Tuhan. Bagian dari
tugas kita hanyalah berikhtiar sebaik-baiknya untuk memantaskan diri agar do’a-do’a
kita layak untuk dikabulkan. Setelah itu, biarkan yang di atas melakukan yang
jadi bagianNya.
Selamat jalan tahun corona.
Semoga tahun depan, menjadi tahun kebangkitan. Biarlah tahun ini dikenang
sebagai Tahun Tangguh, sebagai tahun sejarah yang harus kita lalui, tahun muhasabah
pada rindu yang tak pernah beku. Dengan jarak yang memisahkan. Dengan waktu
yang tak kembali. Meski menurut Mas Joko Pinurbo, jarak itu sebenarnya tak
pernah ada, karena pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.
Banjarmasin, 01 Desember 2020

Tidak ada komentar:
Posting Komentar