Saat ini anak-anak kelas XII yang sudah menerima tanda kelulusan disibukkan
dengan urusan masa depan mereka selanjutnya. Ada yang mencoba peruntungan dengan
memasukkan lamaran pekerjaan. Banyak
yang siap-siap masuk kuliah di perguruan tinggi. Ada juga yang mencoba seleksi
pada berbagai sekolah kedinasan. Berbagai macam jalur disediakan untuk masuk PT
impian. Selain jalur SNMPTN, SBMPTN, PMDKPN, SPAN PTKIN, PSB UIN, masih banyak
lagi yang digunakan perguruan tinggi
untuk menjaring mahasiswa baru.
Pada tulisanku kali ini, aku akan
bercerita pengalaman saat dulu selepas SMA dan mulai menapaki jalan baru
sebagai mahasiswa. Mungkin karena ini cerita yang sudah lama sehingga pastinya sudah sangat
berbeda. Namun setidaknya setiap pengalaman yang bisa diceritakan kembali akan
bisa ditarik benang merah berupa ibrah bagi para pencari hikmah.
Seperti yang pernah kuungkapkan sebelumnya, bahwa pergulatan antara
harapan dan kenyataan membuatku serasa bermimpi bisa melanjutkan studi. Namun
hanya dengan berbekal niat yang bulat, tekad yang kuat, semangat yang hebat,
serta dukungan dari orang-orang terdekat akhirnya aku bisa melanjutkan bagian
dari episode hidupku dan berbagi cerita ini di sini.
Pagi itu, aku naik taksi colt L300 diantar kaka laki-lakiku. Hanya satu
kardus besar dan satu tas ransel yang aku bawa. Isinya juga hanya beberapa potong
baju harian, baju seragam SMA buat bekal acara orientasi mahasiswa baru, satu
buah bantal dengan sarungnya, beberapa buah piring dan cangkir, serta segala
tetek bengek keperluan mandi. Kakakku pulang setelah mengantarku bertemu tiga
temanku, dua dari asal sekolah yang sama dan satu beda sekolah. Kebetulan salah
satu temanku itu punya kakak laki-laki yang sedang kuliah di sini. Sambil
mencari rumah kost, kami berempat sementara menumpang di kost-an beliau. Empat
anak kampung dari jarak 200 km, memulai menjalani hidup sebagai mahasiswa baru di
ibukota provinsi. Karena lulus melalui
jalur PMDK (sekarang menjadi SNMPTN) kami datang dan daftar ulang lebih dulu
dibanding mahasiswa baru yang melalui jalur tes. Seputaran Kampus yang dikenal
dengan kawasan Kayu Tangi masih agak sepi, karena masa ini adalah masih masa
liburan semester bagi mahasiswa lama.
Setelah jalan dan tanya kesana kemari, akhirnya kami mendapati sebuah
rumah disewakan beralamat di Jalan Pangeran gang Rahman. Namun rumah ini kami
rasakan lumayan horor karena sudah beberapa bulan tidak ditempati. Apalagi menurut
cerita tetangga di sana, kosongnya rumah karena pemiliknya baru saja meninggal
dunia. Sang istri yang tidak dikaruniai anak diajak pergi dan tinggal bersama
saudaranya. Mengingat sebagai mahasiswa baru yang baru saja memulai perjalanan
panjang di banua orang, maka kami harus pandai-pandai menghemat uang. Daripada
kami menyewa kamar kost yang harganya lebih mahal, lebih baik kami sewa satu
buah rumah yang bisa kami tempati berlima. Oya, ada lagi satu teman dari kota yang
sama ingin bergabung. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan penghematan dan
kenyamanan, kami sepakati menyewa rumah tersebut. Lama tidak ditempati, membuat
hari pertama kami kerja bakti membersihkan rumah itu. Awal-awal tinggal di rumah
tersebut, memang ada beberapa kejadian mistis kami dapati, tapi demi studi dan
masa depan kami, hal tersebut lama-lama bisa kami atasi.
Rumah yang cukup besar dan lumayan murah untuk ukuran mahasiswa seperti
kami. Ada dua kamar tidur yang sudah lengkap dengan ranjang dan kasurnya, ruang
tamu yang bersambung dengan ruang keluarga sehingga menjadi kelihatan cukup
besar, ruang makan dan dapur, serta air sumur yang harus kami angkat tiap pagi
untuk mandi. Rumah yang kami tempati ini akhirnya sering menjadi basecamp
anak-anak matematika, karena dari lima orang, 3 dari kami kuliah di Pendidikan
Matematika. Teman-teman satu angkatan sering datang baik dalam rangka
menyelesaikan tugas-tugas atau sekedar kumpul-kumpul di rumah ini. Dengan ruang
tamu yang cukup besar, jika ramadhan tiba kami juga hampir tiap tahun
mengadakan buka puasa bersama di sini.
![]() |
| Bersama teman-teman Mat'97 FKIP UNLAM dengan latar rumah kami |
Kami merasa nyaman tinggal bersama karena rata-rata berasal dari latar
belakang keluarga yang tidak jauh berbeda. Agar lebih hemat, kami sepakat untuk
memasak dan makan bersama-sama layaknya satu keluarga. Kami buat jadwal
memasak, kebersihan dan cuci piring yang
ditempel di dinding rumah. Masalah pengeluaran juga kami atur bersama. Seperti
kebiasaan anak-anak kost pada umumnya, mie instan, telur dan ikan asin (baca :
iwak karing) adalah bahan pokok yang wajib ada. Sangat sering kami berlima makan
pagi hanya nasi dengan seekor ikan asin ditambah satu bungkus mie instan
sebagai kuah. Cukup buat berlima, begitu hemat bukan?? Hehee….Untuk siang kami
kadang-kadang juga hanya beli satu mangkuk sayur dan seekor ikan untuk dimakan
berlima. Yang penting kami bahagia, dan menurut kami inilah yang dinamakan
tenggang rasa sebenarnya.
Beberapa kali aku masih tak percaya, kalau sekarang aku sudah menjadi
mahasiswa di sebuah PT Negeri. Juni Tahun 1997 pertama kali aku mulai datang sebagai
mahasiswa pendidikan matematika di sini. Saat itu ekonomi dunia, termasuk
Indonesia mulai lesu-lesunya. Krisis
moneter melanda. Ditambah lagi di
Indonesia terjadi pergolakan di mana-mana, menuntut turunnya rezim orde baru. Akibatnya,
aku yang sebelumnya sudah melengkapi berkas fc raport sebagai persyaratan
memperoleh beasiswa, harus menerima kenyataan pahit. Di papan pengumuman kampus
tertulis bahwa “beasiswa ditunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan”. Mahasiswa
kampung ini pun lunglai tak berdaya. Mengukur-ngukur kemampuan sampai kapan
bisa terus bertahan. Aku hanya bisa mengandalkan kiriman uang yang tak seberapa
hasil kongsian nenek, kakak dan pamanku di kampung. Tak sampai setengahnya dari
kiriman yang didapat teman-temanku per bulannya. Uang yang hanya pas-pasan buat
bayar sewa rumah kost dan urunan buat uang kas yang tak bisa kami prediksi
kapan habisnya. Jika uang kas menipis, artinya kami harus siap-siap untuk
kumpulan lagi. Untung teman-temanku sering memaklumi jika aku terlambat bayar
kas. Untungnya juga, teman-temanku satu rumah sering dikunjungi orangtuanya.
Dan setiap mereka datang, sering membawa berbagai bahan makanan yang
kadang-kadang cukup buat mengatasi kebutuhan kami beberapa hari. Aku terus
bertahan dalam keyakinan bahwa sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan (Inna
ma’al ‘usri yusro; QS Al Insyirah,6). Dan, itu benar-benar terjadi. Saat aku
masih menunggu beasiswa yang datangnya tak pasti, aku mencoba melengkapi
persyaratan untuk beasiswa lain yang nominalnya jauh lebih besar. Tahun kedua
kuliahku, ternyata aku bukan hanya memperoleh beasiswa itu, namun juga beasiswa
yang ditunda itupun datang bersamaan. Alhamdulillah, sempat beberapa bulan
menikmati dua beasiswa sekaligus, sampai akhirnya disuruh memilih salah satunya.
Oya, masa-masa kuliah di tempat jauh seperti ini, keberadaan teman-teman
sebagai pengganti keluarga sangatlah berharga. Kita bisa saling dukung, saling
support dan saling bekerjasama agar bisa sukses sama-sama. Ngomong-ngomong soal
teman, aku mempunyai satu kawan yang sangat akrab. Mulai satu kelas saat kelas
3 SMA, kuliah di jurusan yang sama sampai
tinggal di rumah yang sama membuat kami semakin dekat. Kami tak
terpisahkan, mulai aktifitas di ruang kuliah sampai di organisasi
kemahasiswaaan kami ikuti sama-sama. Tekad kami, datang bareng dan luluspun
harus bareng.
![]() |
| Saat acara perpisahan tahun 1997 |
![]() | |
| Saat Orientasi Mahasiswa Baru |
![]() | |
| My Bestie Friend |
Agar tidak banyak biaya dan membuang
waktu maka kami berdua bertekad bisa cepat-cepat lulus. Dari info2 kaka
tingkat, untuk bisa lulus pada jurusan yang kami ambil selama ini paling cepat
masih 9 semester. Namun kami berdua memasang target bisa selesai dalam 7
semester dan kami menyusun program yang akan kami jalani agar target kami
tercapai. Rencana studi per semester sudah kami buat di awal pertama kuliah.
Dan ini yang jadi rel kami menjalani masa-masa perkuliahan ke depan.
Untuk menunjang hal itu, kami berusaha mencari tahu tentang bagaimana
sistem perkuliahan di jurusan yang kami ambil. Dari nama dosen paling killer sampai
dosen paling murah nilai. Dari apa yang tidak disenangi dosen saat di ruang
kuliahnya sampai apa saja faktor-faktor yang bisa mempercepat atau sebaliknya
menghambat kelulusan. Demi keberhasilan studi kami juga, maka buku pegangan sebagai
referensi tambahan sangat penting dalam perkuliahan. Sangat sulit kalau hanya
mengandalkan apa yang diberikan dosen di ruang kuliah. Dari info-info kaka
tingkat juga, kami sudah tahu buku apa saja yang dipakai sebagai referensi tiap
mata kuliah. Kami berusaha memaksimalkan hasil dengan mengupayakan memiliki
buku-buku yang jadi pegangan setiap mata kuliah yang kami ambil. Namun,
keterbatasan biaya membuat kami tidak bisa membeli atau pun juga sekedar hanya memfotocopy.
Selain itu, buku-buku referensi mata kuliah eksak seperti ini kebanyakan masih
berupa literatur asing ataupun terjemahannya dan sangat langka ditemui di
toko-toko buku di sini. Tidak seperti sekarang, dimana internet menyediakan
bahan apa saja yang kita butuhkan, maka saat itu hanya perpustakaan yang menjadi
sarana vital untuk menunjang perkuliahan.
Nah, bagaimana kami bisa memiliki buku tanpa harus membeli atau
memfotocopy. Aku dan my bestie friend punya strategi khusus
sehingga kami bisa punya buku sampai lulus tanpa harus keluar uang. Perpustakaan
MIPA jaman kami kuliah dulu hanya sedikit menyediakan buku paket yang boleh
dipinjamkan ke mahasiswa. Dalam satu mata kuliah paling banyak hanya ada 2 buku
yang tersedia. Peraturan perpustakaan,
peminjaman baru boleh dilakukan saat masuk masa perkuliahan. Kalau tidak salah
ingat, buku hanya boleh dipinjam selama 1 minggu dengan masa perpanjangan 1
kali. Demi memiliki buku pegangan kuliah, setelah masa pengisian KRS (Kartu
Rencana Studi) kami biasanya sudah mengamankan lebih dulu buku-buku yang kami
incar untuk dipinjam saat masanya tiba. Caranya, dengan menyelipkan buku tersebut
di tempat yang bukan seharusnya, misalnya kami selipkan buku tersebut di tumpukan
lemari referensi, tumpukan buku-buku sosial, dsb. Kami tahu bahwa petugas
perpustakaan sangat jarang merapikan buku-buku di sana, hee piiss Bu, Pa..
Ketika masa peminjaman sudah dibuka, langsung saja kami menuju rak tempat kami
menyimpan buku itu dan meminjamnya. Setelah masa perpanjangan berakhir, agar
buku yang sama tetap di tangan kami selama kami perlu, maka kami siasati lagi dengan
saling bertukar kartu perpustakaan. Hal ini terjadi sampai kami selesai ujian.
Hee..mungkin ini yang dinamakan strategi sukses punya referensi tanpa harus
memiliki. Mengatasi minat baca yang tinggi namun daya beli rendah. Maafkan kami
yang dulu Pak, Bu, wkwkw..
Alhamdulilah, walaupun sejak masa sekolah sampai kuliah, nilai-nilai
akademisku tak pernah berhasil melampauinya. Namun, persahabatan kami membawa
manfaat yang besar untukku. Aku banyak belajar darinya. Kami juga selalu memanfaatkan
waktu untuk belajar bersama. Selalu saling mengingatkan dan berjalan bergandengan
tangan agar tujuan kami bisa lulus 7 semester tercapai. Walaupun kami punya
target selesai cepat, namun kami juga tetap sempatkan mengasah kemampuan
bersosialisasi dengan menjadi pengurus inti organisasi kemahasiswaan kampus
saat itu. Seabreg kegiatan dan rapat-rapat organisasi kami ikuti sampai sore
bahkan malam hari. Namun, urusan kuliah tetap prioritas bagi kami. Konsistensi
dan loyalitas pada sebuah tujuan membawa kami berdua berhasil mencapai target
yang diinginkan. Rekor pertama di jurusan itu yang wisuda dalam waktu 7
semester. Membahagiakan lagi, dengan berbagai usaha dicampur sedikit diplomasi kami
juga bisa lulus dengan nilai cumlaude. Meskipun cumlaudenya aku jauh lebih kurus
dibanding cumlaudenya dia, hee.
![]() | ||
| Saat wisuda bersama kawan-kawan satu angkatan |
![]() |
| Diapit kawan satu angkatan saat wisuda |
Oya, selain peran sahabat, ada juga peran kedekatan dengan kakak tingkat
yang sangat menunjang keberhasilan kuliahku. Kenal mulai acara orientasi mahasiswa
baru (saat itu namanya OSPEK) dan sampai sekarang Alhamdulillah masih
bersamanya. Ah, kalau kubahas panjang lebar sekarang tentang lika liku kisah
itu, aku takut novel DILANKU yang digandrungi anak-anak remaja saat ini akan
kalah dan tersaingi. Gubraakk..!!
(Banjarmasin, 10 Mei 2017)







tekad yang bulat dan usaha yang kuat serta diplomasi, waaaww...sampai CUMLAUDE .punya sahabat sehati sejantung pula.
BalasHapussemoga bisa mengikuti jejak mu.
So Sweet Ma'am
BalasHapusNahh ketahuan . Pantas ae buhan pian dapat terus ternyata oh ternyata bukunya sudah disimpan ditempat yang tersembunyi. Rumah base camp tempat ulun mengerjakan tugas matematika soal x pakar pakar x tinggal dsana. Makasih say lah atas bantuannya, perhatian n semangatnya buat aku. Sukses buat pian n keluarga.
BalasHapusNahh ketahuan . Pantas ae buhan pian dapat terus ternyata oh ternyata bukunya sudah disimpan ditempat yang tersembunyi. Rumah base camp tempat ulun mengerjakan tugas matematika soal x pakar pakar x tinggal dsana. Makasih say lah atas bantuannya, perhatian n semangatnya buat aku. Sukses buat pian n keluarga.
BalasHapusNahh ketahuan . Pantas ae buhan pian dapat terus ternyata oh ternyata bukunya sudah disimpan ditempat yang tersembunyi. Rumah base camp tempat ulun mengerjakan tugas matematika soal x pakar pakar x tinggal dsana. Makasih say lah atas bantuannya, perhatian n semangatnya buat aku. Sukses buat pian n keluarga.
BalasHapus