Tak menyangka
“The true story” yang kutulis mendapat apresiasi begitu tinggi. Kisah yang baru
pertama bisa kuceritakan secara utuh ini hanya garis besar dari dahsyatnya perjalanan
hidup sampai usiaku saat ini. Banyak bagian yang masih rapi tersimpan dalam
memory, hanya untuk aku dan Dia yang maha mengetahui.
Kata demi kata
yang kurangkai dalam bentuk tulisan ternyata mampu mewakili perasaan terdalam.
Selama ini, tak pernah sanggup aku bercerita karena setiap membuka kata hanya air mata yang menuntaskannya.
Sahabat, kalian
yang telah membaca kisahku dengan jujur mengatakan terharu bahkan menangis saat
membacanya. Aku juga sempat berhadapan langsung dengan teman yang membaca
kisahku sambil bercucuran airmata. Aku sungguh terharu dengan setiap comment, atensi
dan apresiasi itu. The true story yang kutulis adalah benar-benar
kisah hidupku. Rinai hujan yang jatuh saat ku menuliskannya senada dengan
jatuhnya derai air mata saat kucoba mengingatnya. Berjuang mengorek lupa yang
telah menoreh luka lama. Jariku yang menari sempat terhenti berkali-kali. Aku
heran, air mataku selalu banyak persediaan.
Ini
sebagian comment yang mereka ungkapkan :
Juga
yang ini :
Dan
ini yang paling membuat ku terharu kala ku membacanya. Testimoni kawan lamaku.
Teman sekelasku waktu kelas 2 SMU. Kawan,
dulu waktu SMA aku begitu iri padamu. Dimataku kamu begitu bahagia,
karena kamu memiliki semua yang bagiku dulu hanya mimpi belaka.
Ini adalah tanggapan kawan-kawan SMA ku yang baru tahu tentang kisah hidupku setelah membaca postingannya di atas.
Meski saat ini aku masih belum
bisa dikatakan sukses. Namun aku beranikan untuk berbagi kisah itu. Bukan untuk
berbagi sedihnya, namun untuk berbagi hikmah
dan makna di balik setiap garis takdirnya. Banyak hal yang dulu bagiku
terasa tidak adil justru sekarang sangat kusyukuri. Ketika saat itu aku merasa sendiri,
sebenarnya banyak orang disekelilingku yang begitu sangat peduli. Ketika dulu
aku hanya bisa berdo’a dalam setiap sujudku, sekarang aku merasa Allah selalu
mengabulkan setiap do'a ku.
“Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat
zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)” (QS Ibrahim [14] :34)
.png)
.png)
.png)
.png)
.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar