Cerita ini terjadi
beberapa tahun yang lalu. Aku ceritakan
hanya untuk berbagi pengalaman agar kita bisa sama-sama mengambil sisi
positifnya. Tak ada maksud riya atau jumawa. Waktu itu aku masih mengajar di madrasah swasta. Madrasah
swasta di kota ini hanya sedikit memiliki murid. Sehingga, aku dengan mudah
tahu hampir semua siswaku bahkan sampai latar belakang keluarganya. Pagi itu
seperti biasa, kebetulan aku datang paling awal. Di bangku panjang depan kelas,
kulihat seorang bapak setengah baya sedang duduk kelihatannya sedang menunggu
seseorang. Sekolah masih agak sepi karena hanya beberapa siswa yang datang. Aku
langsung saja menuju kantor dewan guru, tanpa bermaksud menanyakan keperluan
Bapak itu. Tak lama kemudian, aku mendengar sedikit suara gaduh dan ketika
kutengok keluar, ternyata terjadi perbincangan cukup serius antara bapak paruh
baya itu dengan seorang siswaku. Tampak beberapa anak lain yang baru datang juga
berkerumun disekitar mereka untuk mendengarkan dan ingin tahu apa yang mereka
perbincangkan. Akhirnya mereka jadi pusat perhatian pada pagi itu. Karena sebagai satu-satunya guru yang datang,
kuhampiri mereka dan kutanyakan apa yang terjadi. Ternyata bapak itu mau
menuntut pertanggungjawaban atas kecelakaan motor yang menimpa anaknya. Dengan
motor yang dipinjam dari kawannya, mungkin karena masih belum lihai, adik dari
siswaku ini menabrak anak bapak tersebut sehingga mengalami luka-luka. Bapak
itu datang untuk meminta uang buat pengobatan anaknya. Sebagai anak tertua dialah
sekarang yang harus bertanggungjawab terhadap adik-adiknya. Mereka adalah
anak-anak yatim piatu. Siswaku tersebut hanya tinggal bertiga dengan dua
adiknya. Untuk sekolah mereka dibiayai
dari bantuan beasiswa miskin. Kadang dia mencari ikan di pematang sawah untuk
dijual. Mungkin bapak itu tidak tahu
bahwa jangankan untuk menanggung pengobatan anak bapak itu, untuk makan saja
mereka masih mengandalkan belas kasihan keluarga dan tetangga. Tentu saja aku
merasa iba, sehingga aku keluarkan beberapa lembar uang dari tas kerjaku untuk
mengganti biaya pengobatan anak si Bapak tersebut.
Keesokan hari,
ada lagi seorang wanita setengah baya mencari anak yatim piatu itu. Ternyata,
anak ibu tersebut adalah teman dari anak bapak yang kemarin. Mereka lagi
berboncengan sepeda saat tertabrak oleh motor yang dikendarai adik dari siswaku
itu. Ibu itu juga berharap mendapat penggantian atas biaya perbaikan sepeda
anaknya yang rusak karena kecelakaan itu. Mungkin bapak yang kemarin bercerita
pada ibu ini. Lagi-lagi rasa ibaku muncul melihat anak lelaki itu menanggung beban seperti itu. Kemudian aku selesaikan
masalahnya dengan beberapa lembar uang limapuluhan melayang dari dompetku. Meskipun
uang belanja bulananku harus terpotong untuk menolong anak itu namun aku
bahagia, aku merasa berarti karena mampu menolong anak-anak yatim itu. Aku
benar-benar ikhlas tak mengharap kembali. Aku sadar tidak mungkin anak itu dapat
mengembalikan sebab merekapun masih perlu banyak dibantu.
Beberapa hari berlalu, akupun sudah melupakan kejadian itu. Tak terduga, saat aku mengajar, aku menerima sebuah panggilan telpon dari nomor tak dikenal. Setelah kuangkat, suara disebrang sana ternyata adalah perwakilan dari sebuah lembaga pendidikan tinggi yang akan membuka sebuah program studi baru. Karena kelangkaan lulusan S2 yang bisa direkrut sabagai dosen, maka mereka bermaksud meminjam fotocopi ijazahku sebagai persyaratan administrasi usulan mereka itu. Dua hari kemudian aku datang memenuhi undangan mereka sekaligus menyerahkan fotocopi ijazah s2 yang mereka minta. Dan, hari itu aku membuktikan ayat ini.
"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNya lah kamu dikembalikan" (QS. Al Baqarah, ayat 245)
Subhanallah,
maha benar Allah dengan segala firmannya. Ketika pulang aku diminta tandatangan
dan menerima amplop cukup tebal berisi
uang dengan nominal puluhan kali lipat dari yang kuberikan untuk membantu anak
yatim itu. Alhamdulillah, aku mendapatkan ganti uang yang kukeluarkan tanpa
harus bekerja apa-apa. Demikian, semoga kisah ini bisa memotivasi kita semua
untuk tidak ragu-ragu bersedekah, karena Sabda Rasulullah " Harta itu tidak akan berkurang karena disedekahkah" (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar